keindahan

keindahan
alam

Selasa, 28 Februari 2012


“ amel..” sapanya kepadaku
“ om Erwin kenapa nggak bilang dulu kalau mau datang”
“ om pengen buat kejutan dirumah ini”Om Erwin tersenyum
“Owh gitu om, tapi kan jadi nggak ada persiapan buat nyambut kedatangan om Erwin ! oh iya mari masuk om !”
Aku mengajak om Erwin masuk kedalam rumah, serta mempersilakannya duduk,
“ ko’ sepi mel ?”
“ owh.. iya om ayah sama ibu lagi keluar nggak tau kemana, tadi waktu mereka keluar aku sedang tidur, mungkn bentar lagi pulang “
“owh.. gitu”
“ ntar ya om aku buatin minum dulu”
“oh iya boleh”
Aku menuju keruang belakang untuk membuatkan om Erwin kopi panas, kinuman yang om Erwin sukai saat berada di banyuwangi,sudah lamaa sekali aku tak bertemu dengan om Erwin  aku sungguh tak menduga jika om Erwin akan bersandang kerumah. bEliau adalah adik dari ibuku yang tinggal di bali, mungkin sudah hampir 3 tahun aku tak berjumpa dengannya jarak yang jauh hingga membuat pertemuan antara om Erwin dan keluargaku menjadi sedikit terhalang, tapi itu tak mebuat keakraban sebagai kerabat dekat menjadi berkurang, jusru om Erwin sering mampir kerumah jka ia sedang rindu akan kakak peempuanya, begitu pula dengan ibu beliau akan bersandang kekediaman om Erwin jika beliau rindu akan adik laki-lakinya itu. Selang beberapa saat lamanya kopi panas yang kubuat sudah siap untuk kupersilahkan kepada om Erwin. Aku melangkahkan kaki menuju ruang depan dengan mebawa kopi panas yang kubuat untuk om Erwin. Om Erwin menunggu ku dengan melihat foto yang terpajang didinding ruang tamu rumahku.
“ ini om “
“ oh iya ” dengan sedikit terhentak menerima kedatanganku, ku taruh kopi panas diatas meja  tamu. om Erwin menuju sofa tempat duduknya dan mencicipi kopi panas buatanku
“ sindi kenapa nggak diajak om ?” tanyaku sekedar membuka obrolan
“ sindi masih sekolah, lagian om kesini ada urusan kerja, kebetulan rekan kerja om itu orang banyuwangi jadi om sekalian mampir kesini “
“ oh gitu “
“ kakak kamu kemana kok nggak keliatan ?”
“ udah dua hari ini dia pergi kerumah temenya di jogja, katanya sih ada acara pernikahan gitu”
Kami mengobrol cukup lama memperbincangkan keluargaku dan uga keluarga om Erwin hingga hujan yang deras mulai reda. Selang beberapa saat  terdengar dari luar ruangan suara motor milik ayah.
“keliatannya itu ayah dating !” aku berdiri keluar memstikan kehadiran ayah, ternyata benar itu suara motor ayah, aku enhampiri beliau untuk member tahu siapa yang dating
“ mobil siapa mel ?” Tanya ibu padaku dengan sedikit mengamati mobil yang parkir didepan rumah.
“ om Erwin bu yang datang” aku tersenyum menjawab Tanya ibu.
“ Erwin ?” sahut ayah dengan penuh rasa haru mendengar om Erwin yang datang
“ iya ayah, tu orangnya didalam” ayah buru-buru memarkirkan motornya,sementara ibu melangkah masuk kedalam rumah.
“ Erwin” sapa ibu dari depan pintu yang terbuka,om Erwin menghampiri ibu dan memeluknya dengan penuh rasa rindu. Ibupun menyambut pelukan adik laki-lakinya juga dengan rasa rindu karena lama tak bertemu.
“ kamu sudah lama datang nya ?” Tanya ibu kepada om Erwin
“ lumayan sih  kak“
 Erwin !” sapa ayah yang baru datang
“ iya mas ” om Erwin memeluk ayah juga dengan penuh rasa rindu dan juga haru,
“ kamu kenapa nggak bilang dulu kalau mau kesini, kan kami bias siap-siap dulu ,ayo duduk dulu “ ajak ayah kepad om Erwin

Senin, 27 Februari 2012


Hujan yang tempias serta meruncing di teras rumah menyambut gigil hari yang manja akan mentari, kilau terhambat kabut gelap yang menyelimuti cerah. Kulihat dari candela kaca kamarku Sebuah mobil sedan datang dengan menerpa gelombang angin yang basah karna rentetan air dari atap langit, perlahan mobil itu berhenti dihalaman rumahku. Terlihat seorang laki-laki paruh baya keluar dari mobil sedan berwarna hitam itu, laki-laki paruh baya dengan berjaket kulit warna coklat itu berlari dengan melindungi kepalanya dari rentetan tetes hujan yang menerpa. Tak terlihat jelas siapa yang bersandang kerumahku disaat tetes air melaju dengan lebatnya. Aku keluar kamar untuk memastikan siapa laki-laki paruh baya itu. Aku menghampiri pintu depan rumahku untuk membukakan pintu hendak menyapanya,barang kali ia tamu ayah. Aku membuka pintu depan rumahku,aku melihat seorang laki-laki sedang menghempaskan lengan jaketnya dari percik air yang hinggap, ia menoleh ke arahku, ya tuhan itu om Erwin adik dari ibuku aku tak menyangka jika ia yang datang, sudah lamasekali aku tak bertemu dengan nya, aku tersenyum haru menatap wajah om Erwin, begitu pula om Erwin ia dengan senyuman nya yang has ia menatapku seraya memelukku,

Selasa, 21 Februari 2012


Diantara dekapan senja terbesit rindu ingin menggapai yang terlalu awam untukku raih, namun perasaan yang membawa keegoisan meraung menerbitkan harapan. kadang aku merasa takpantas dengan apa yang kuhadapi, merakit serpihan dengan segudang harapan yang ingin kuraih. Tersentak melaju sembari menghadirkan resah,mendambakan sajak yang beriramakan ketulusan. Aku berusaha menerjemahkan bahasa hati, bahasa yang bermakna yang tak pernah mereka pahami. Kulayang kan untaiian kata merintihkan raungan hati yang terdekap cinta,tak pernah terfikirkan atas apa yang membuatnya semakin terlarut. Mungkin ini perjalanan ku,bukan perjalanannya. Malam terus mendekap dengan parasnya yang meredup gulita,memberika kesunyian yang penuh dengan lirik.mungkin aku seorang perindu yang haus akan cinta,merapikan untaiia sajak ataupun pesona mahkota untuk meraih.
Malam yang dingin dengan secangkir teh hangat dimeja belajar,kutawarkan pada malaikat malam selayang kata untuk pujaan tercinta. Sekedar melepas dahaga rindu yang menyiksa batin. Ntah apa yang yang menebar cahaya cinta dalam dekapan pilu. Tak akan pernah ku pungkiri, bahwa hidupku terjerat akan cintanya. cinta yang tak pernah terbesit sebelumnya.Suasana malamku penuh lirik dalam hati,melantunkan sesosok jiwa yang bersemayam dan mengakar dalam jiwa. Salalu ku tempatkan ia disinggasana paling bertahta dihatiku,karna pesonanya akan selalu besinar dan takakan pernah redup.
Ku tanggak teh hangat yang kuracik untuk menemaniku bersantai dikamar,sejenak kupandangi foto huda yang ku simpan di laptopku.sekedar melepaskan rindu yang membelenggu, tersenyum sendiri dengan merona. Ku ambil hanphon yang biasa kutauh di atas meja belajarku,kukirimkan sms selamat malam kepada huda, Dengan penuh harap aku menunggu balasanya. Menunggu sembari menyimak paras lembutnya yang berbinar. Aku menunggu hingga cukup lama namun ia tak kunjung membalasnya. Rasa rindu yang membelenggu membuatku Tak kuasa menunggu dan aku menelphonenya. Sejenak aku menunggu ia mengangkat telphoneku, selang beberapa saat..
“ halo, assalamualaikum?”
“waalaikumsalam”
“ada apa mel? Maaf tadi aku nggak sempat balas sms kamu, soalnya aku lagi dijalan”
“emang kamu habis dari mana?”
“habis dari kampus ikut seminar,emang kamu belum tidur?”
“belum,aku nggak bisa tidur, yaudah”
“kenapa? Kangen ya ?”
Huda meledekku dengan kata-kata dan nada bicaranya.
“idih PD banget kamu,tapi iya juga sih”
Aku tersenyum agak malu menjawabnya,namun aku takbisa membohongi perasaanku dan juga huda.
“sebenernya aku juga sih”
Huda tersenyum lirih.
Kami berbincang hingga cukup lama meredakan beban  rindu yang berkobar. Tak merasakan lelahnya hari,ataupun kemelut yang menghampiri. Apakah ini yang pujangga namakan dengan cinta. Aku berusaha dan berdo’a agar cintaku dan cintanya tak terpisahkan, snantiasa beriringan hingga salah satu diantaranya tertanam dalam puing suci.

Jumat, 17 Februari 2012


Aku melangkahkan kaki keluar rumah,kepergianku disertai senyuman ibu aku merasa lega. Berdiri dipinggirjalan tepat didepan gerbang rumahku. Lalu lalang kendaraan menambah ramai suasana jalan kota banyuwangi saat hari libur, sangat didominasi kendaraan pribadi yang berbondong-bondong menuju arah wisata. Mungkin sudah menjadi kebiasaan warga banyuwangi yang mengisi hari libur bersama aanggota keluarga ketempat-tempat yang setidaknya dapat meredakan setres. Muda-mudipun tak mau ketinggalan mereka berramai-ramai memenuhi jalan dengan tujuan yang sama,aku sudah tak merasa heran dengan keadaan seperti ini,karna tempat tinggalku tepat dipinggir jalan yang menghubungkan kota banyuwangi dengan kota tetangga dan juga jalan yang menghubungkan dengan beberapa tempat wisata. Seperti layaknya orang-orang di kota lain pantai menjadi objek wisata yang paling ramai dikunjungi,kebetulan kota ini merupakan kota yang berlokasi diujung pulau jawa. Tak heran jika di kota banyuwangi terdapat banyak wisata pantai.salah satunya yang paling ramai dikunjungi adalah pantai plengkung, orang-orang menyebut pantai ini dengan berbagai sebutan seperti “G-Land, The Seven Giant Waves Wonder” Julukan tersebut diberikan oleh peselancar asing utk gulungan ombak di pantai Plengkung yg berlokasi di Taman Nasional Alas Purwo (TNAP), G punya tiga konotasi yg berbeda: Green, karna lokasinya di tepi hutan, Grajagan, nama point terdekat sebelum ada jalan melintas di hutan atau Great karna salah satu ombak yang terbaik di dunia. Apapun artinya, itulah julukan buat sebuah nama lokal bernama Plengkung. Ombak di Plengkung merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Ombak setinggi 4-6 meter sepanjang 2 km dalam formasi 7 gelombang bersusun “go to left” cocok ditunggangi oleh peselancar kidal. Selain Plengkung untuk peselancar profesional, ada juga Pantai Batu Lawang untuk belajar. Ombak disini disebut “twenty-twenty” yang artinya twenty minute untuk mendayung ketengah dan twenty minute menikmati titian ombak. Pemerintah banyuwangi coba mengenalkan wisata banyuwangi kepada para wisatawan asing,berharap keindahan wisata banyuwangi dapat dikenal hingga ke manca Negara. Keindahan yang juga didukung dengan budaya asli budaya yang turun tumurundari nenek moyang . orang-orang asli banyuwangi biasa berbicara dengan menggunakan bahasa osing dan juga tarian yang mereka sebut dengan tari gandrung. Gandrung Banyuwangi berasal dari kata Gandrung, yang berarti tergila-gila atau cinta habis-habisan. Tarian ini masih satu generasi dengan tarian seperti Ketuk Tilu di Jawa Barat, Tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, Lengger di Cilacap dan Banyumas dan Joged Bumbung di Bali, yakni melibatkan seorang wanita penari professional yang menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringan musik atau gamelan. Tarian ini populer di wilayah Banyuwangi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, dan telah menjadi ciri khas dari wilayah tersebut, hingga tak salah jika Banyuwangi selalu diidentikkan dengan Gandrung, dan tak ayal lagi Banyuwangi sering dijuluki Kota Gandrung.Menurut catatan sejarah, gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang didandani seperti perempuan dan menurut laporan Scholte (1927) instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung lanang ini adalah kendang. Namun demikian, gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890-an, yang dimungkinkan karena ajaran Islam melarang segala bentuk travesty atau berdandan seperti perempuan. Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsan. Sedangkan Gandrung wanita pertama yang dikenal dalam sejarah adalah gandrung Semi, seorang anak kecil yang waktu itu masih berusia sepuluh tahun pada tahun 1895. Menurut cerita yang dipercaya, waktu itu Semi menderita penyakit yang cukup parah. Segala cara sudah dilakukan hingga ke dukun, namun Semi tak juga kunjung sembuh. Sehingga ibu Semi (Mak Midhah) bernazar seperti “Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing” (Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi). Ternyata, akhirnya Semi sembuh dan dijadikan Seblang sekaligus memulai babak baru dengan ditarikannya Gandrung oleh wanita. tradisi Gandrung yang dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggungnya.
            Pada mulanya Gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya, namun sejak tahun 1970an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung, yang mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian disamping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak oleh era globalisasi.Namun menurut sumber yang berbeda, tari gandrung konon lahir pada zaman Kerajaan Airlangga di Jawa Timur. Dalam suasana bersukaria, para prajurit keraton ada yang menabuh gamelan, ada yang menari. Mereka menari secara bergantian setelah penari sebelumnya menyentuh penonton yang berdiri di tepi arena. Perkembangan berikutnya, penari utamanya adalah perempuan (gandrung) yang pada awal penampilannya menyatakan tiang lanang (saya lelaki) kemudian menari sambil bernyanyi (basandaran atau bedede). ari ini terdiri atas tiga babak, yaitu babak bapangan-penari memperkenalkan diri kepada penonton-babak gandrangan di mana penari dengan kipas di tangan mengitari arena. Saat tertentu penari menyentuhkan kipasnya (tepekan) pada salah seorang penonton, yang serta-merta maju ke tengah arena untuk menari (pengibing). Kemudian babak parianom, di mana penari menari sambil bernyanyi dan melayani sang pengibing. Tiap pengibing diberi waktu menari sekitar 10 menit dan menyerahkan uang ala kadarnya sebelum meninggalkan arena.
Pemerintah banyuwangi coba melakukan upaya demi mempertahankan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang ini. Salah satu upaya pemerintah dalam memperahankan budaya ini dengan diadakannya BEC (banyuwangi etno carnival) yang melibatkan kaum pelajar.